Fenomenologi Agama : Theory of Everything dan Agama dan Sains

Fenomenologi Agama : Theory of Everything dan Agama dan Sains




SINOPSIS THEORY OF EVERYTHING 



Stephen Hawking adalah seorang Ilmuwan besar di bidang kosmologi. Hawking semasa hidupnya telah menciptakan berbagai teori yang berhubungan dengan ruang, waktu, dan lubang hitam. Dan kita pasti tahu teori Hawking yang paling populer, teorinya tentang pembentukan alam semesta, teori Big Bang, dimana alam semesta terbentuk dari sebuah dentuman besar. Film The Theory of Everything menggambarkan kehidupan Hawking, mulai dari awal kehidupannya di Cambridge, kehidupan asmaranya, dan bagaimana dalam segala keterbatasannya Stephen Hawking masih mampu membuat teori revolusioner yang membuatnya terkenal. 

Film The Theory of Everything dimulai dari kehidupan Stephen Hawking (Eddie Redmayne) di Cambridge. Stephen bertemu dengan Jane (Felicity Jones), seorang mahasiswi sastra, walaupun awalnya malu-malu, mereka berdua akhirnya menjadi dekat.

Saat mengejar penelitiannya, Stephen tiba-tiba tersungkur tanpa sebab yang jelas di kampus, ototnya tiba-tiba tidak berfungsi. Ternyata Hawking mengidap penyakit syaraf motorik. Dimana kemampuan ototnya semakin lama akan semakin menurun sampai tidak bisa digerakkan sama sekali. Stephen Hawking menjadi lumpuh. Dia tidak bisa melakukan gerakan sadar. Bahkan dokter memprediksi hidupnya hanya tinggal 2 tahun.

Stephen akhirnya menjadi stress berat. Dia menghentikan penelitiannya. Stephen hanya berdiam diri di asrama. Stephen berpikir bahwa semua sudah tidak ada gunanya lagi. Disaat-saat yang pelik itu, Jane datang menemui Stephen. Stephen mengusir Jane dan mengatakan sisa umurnya hanya tinggal 2 tahun. Namun Jane tidak pergi, Jane malah mengatakan bahwa dia mencintai Stephen dan ingin selalu bersama Stephen walau umurnya hanya tersisa 2 tahun.

Stephen dan Jane pun akhirnya menikah. Namun, keadaan Stephen semakin parah, dia tidak bisa berdiri lagi. Stephen lumpuh sepenuhnya dan hanya bisa duduk di kursi roda. Walau dalam keadaan lumpuh pun, nyatanya Stephen masih bisa menamatkan studi doktoralnya, bahkan lebih cepat daripada teman sejawatnya.

Jane dengan sabar merawat Stephen walau penyakitnya semakin parah. Mereka berdua pun memiliki 2 orang anak. Namun mengurus 2 orang anak dan satu orang dewasa yang lumpuh tampaknya terlalu berat bagi Jane. Jane pun sedikit demi sedikit mulai kehilangan semangatnya.

Ibu Jane lalu menyuruh Jane mengikuti paduan suara gereja untuk mengisi waktu sembari merawat Stephen dan anaknya. Dari grup paduan suara gereja itu Jane menjadi dekat dengan tutornya, Jonathan. Jonathan lalu berhubungan dekat dengan Jane dan keluarganya, termasuk Stephen. Jonathan pun sering datang kerumah Jane dan membantu Jane dalam merawat Stephen. Karena hubungan yang cukup dekat itu, Jane mulai memiliki perasaan kepada Jonathan, begitupun sebaliknya, Jonathan juga menyukai Jane. Melihat hubungan dekat antara Jane dan Jonathan, Ibu Stephen menjadi curiga dan menuduh anak Jane adalah hasil dari hubungannya dengan Jonathan. Jonathan secara tak sengaja mendengar percakapan itu. Merasa tersindir dan sakit hati, akhirnya Jonathan pun memilih untuk menjauh dari Jane dan keluarganya.

Stephen menjadi terkenal karena teori-teorinya. Stephen Hawking lalu di undang untuk menghadiri opera. Pada acara opera itu tiba-tiba keadaan Stephen memburuk, mulutnya mengeluarkan darah, Stephen akhirnya jatuh koma. Keadaan Stephen sangat buruk, untuk bertahan hidup Stephen harus bergantung pada alat yang ditancapkan di lehernya. Dokter bahkan menganjurkan untuk mencabut alat itu karena menurutnya Stephen sudah tidak punya harapan. Tapi Jane tetap bersikeras agar Stephen harus tetap hidup.

Karena alat penopang hidup itu, Hawking tidak bisa mengeluarkan suara lagi. Untuk berkomunikasi dengan Stephen, Jane menyewa Elaine yang bisa berkomunikasi dengan metode yang cocok dengan Stephen. Stephen dan Elaine pun menjadi dekat karena menghabiskan banyak waktu bersama, disisi lain Jane menjauh.

Stephen lalu mendapat alat bantu bicara robotik yang sangat membantunya dalam berkomunikasi. Dengan alat itu Stephen bisa menulis berbagai buku yang ternyata menjadi sangat laris, dan membuat Stephen Hawking menjadi terkenal di seluruh dunia.

Jane mencapai batasnya. Jane menjadi sangat kesulitan karena keterkenalan Stephen. Lalu mereka berdua memutuskan untuk berpisah. Jane selanjutnya menikahi Jonathan.

Tapi setelah itu Stephen mengajak Jane untuk menemaninya saat menerima gelar kehormatan dari ratu Inggris. Kemudian mereka berkumpul dengan anak-anaknya. Walaupun sudah bercerai, Stephen dan Jane tetap berteman baik. 


AGAMA DAN SAINS 




Agama, dalam pendefinisian umumnya, adalah sebuah pedoman hidup manusia untuk menuju kehidupan yang kekal—bahasa lainnya sebuah pedoman untuk bekal kehidupan yang abstrak. Agama juga dapat didefinisikan sebagai koleksi pedoman moralitas manusia, sistem budaya, sejarah, pandangan dunia, dan peringatan-peringatan yang menghubungkan antar sesama manusia maupun manusia dengan sesuatu yang sangat tinggi—dalam hal ini Tuhan. Kata “sains” menurut Capra (2010: 209), diturunkan dari kata scientia bahasa Latin, yang berarti “pengetahuan”. Pengertian sains modern dapat diartikan sebagai bangunan pengetahuan yang terorganisir, diperoleh melalui metode tertentu, muncul secara bertahap, dapat dapat dibuktikan keabsahannya. Nama lain dari istilah sains adalah ilmu yang konkret dan empirik.[1]


KORELASI THEORY OF EVERYTHING DENGAN AGAMA DAN SAINS 




Beberapa kutipan—quotes—dalam film Theory of Everything ini cukup banyak menyinggung persoalan eksistensial Tuhan. Stephen—yang diperankan oleh Eddie Redmayne—mengatakan bahwa ateis adalah sebuah agama untuk para jenius. Agama untuk para jenius dan kata ateis merupakan sebuah kontradiksi dimana seharusnya ateis itu adalah orang yang menolak ideologi bahwa Tuhan itu ada dan kalimat “agama untuk para jenius” memiliki arti bahwa para jenius ini menerima ideologi agama. Dalam hal ini, agama para jenius ini diartikan sebagai sebuah proses pencarian eksistensial Tuhan dengan melihat gejala alam melalui medium sains. 

Sains yang dimaksudkan untuk menjustifikasi atau tepatnya membuktikan adanya Tuhan adalah kosmologi. Kosmologi adalah ilmu yang sangat kompleks dan misterius—kosmologi sangatlah luas. Orang-orang kosmologi ini banyak sekali meneliti tentang benda-benda alam semesta dan fenomena kosmos yang terjadi dalam dunia tersebut. Mereka ingin membuktikan hal tersebut—fenomena kosmologi—terjadi dengan perhitungan matematis dan fisika. Tidak hanya untuk membuktikan bahwa lemparan hipotesis mereka itu benar, namun juga mereka percaya bahwa misteri kosmos ini dapat mengiringkan pendapat mereka untuk percaya sepenuhnya bahwa Tuhan itu ada—beralih ke ideologi theisme. 

Ternyata hal tersebut tidak terjadi dan kalaupun terjadi kebanyakan dari mereka menjadi seorang deisme—Tuhan hanya sekadar menciptakan alam semesta dan meninggalkan ciptaannya. Mereka berdalih bahwa agama adalah medium untuk menakut-nakuti manusia, penuh mitos, ilusi, bertentangan dengan akal sehat, dan penuh dengan makna yang hiperbolik. Contohnya saja adalah konsep surga-neraka yang menurut orang saintifik yang ateis adalah sebuah “promosi” agama. Surga yang berisikan segala sesuatu yang diinginkan dan neraka adalah berisikan segala sesuat yang dihindari oleh semua manusia hanyalah sebuah esai kosong yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah eksistensialnya. Sigmund Freud, dalam bukunya yang berjudul “The Future of an Illusion” mengatakan bahwa Tuhan—beserta ciptaan yang bersifat abstrak—diciptakan oleh manusia dengan imajinasi mereka hanyalah sebuah ilusi belaka sebagai perlindungan para manusia.[2]

Beberapa dari peneliti kosmologi juga berakhir menjadi seorang yang deisme karena mereka akhirnya dapat mengerti tentang siapa yang menciptakan kosmos—atau tepatnya kekuatan kosmos yang besar. Akan tetapi, para peneliti tidak dapat membuktikan dengan jelas apakah kekuatan kosmos tersebut masih ada atau tidak. Mereka percaya tentang teori big bang—teori permulaan alam semesta—yang membuat mereka yakin bahwa kekuatan kosmos yang besar itu melakukan sebuah ledakan alam semesta yang besar itu. Kemudian kekuatan kosmos yang besar itu meluap dan akhirnya hilang begitu saja ketika ledakan tersebut terjadi. Mereka berdalih bahwa penciptaan bintang, planet, satelit alami, dan fenomena kosmos terjadi karena ada hal tersebut yang dapat dibuktikan melalui pendekatan saintifik—perhitungan matematis dan fisika. Ledakan kosmos dalam teori big bang tidak dapat disimpulkan dengan saintifik yang berakar bahwa kekuatan kosmos yang besar dan tak dapat didefinisikan tersebut yang membuat alam semesta tersebut. Oleh karena itu juga, Stephen—dalam film Theory of Everything—mengatakan bahwa kosmologi—kemudian berakar menjadi deisme—adalah sebuah agama untuk orang-orang ateis yang cerdas. 


DAFTAR PUSTAKA 


Hidayatullah, Syarif. 2019, Agama Dan Sains: Sebuah Kajian Tentang Relasi Dan Metodologi, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. 


[1] Dikutip dari artikel jurnal Syarif Hidayatullah dalam Agama Dan Sains: Sebuah Kajian Tentang Relasi Dan Metodologi paragraf 2, hal 106. 

[2] Dikutip dari laman artikel Relasi Sains dan Agama paragraf 9 oleh Joko Arizal

1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama